Dewa Langit Agama Buddha
Buddhisme adalah agama yang berakar di India dan tersebar ke seluruh dunia. Dalam Buddhisme, pemujaan dewa tidak memiliki peran utama dalam praktik keagamaannya. Sebaliknya, Buddhisme lebih memfokuskan pada ajaran Dharma dan praktik meditasi untuk mencapai pembebasan dari penderitaan dan kehidupan yang lebih bermakna. Namun bukan berarti dewa tidak dihormati dalam Buddhisme hanya saja meraka dipandang sebagai makhluk yang juga terikat pada lingkaran tumimbal lahir dan tidak mampu memberikan pembebasan sejati yang hanya dapat dicapai dengan pemahaman dan praktik ajaran Buddha. hal tersebut tergambar dalam Parita Aradhana Devata yang berbunyi demikian
" Semoga semua dewa di alam semesta hadir di sini,
mendengarkan Dhammanan Agung dari Sang Bijaksana,
yang membimbing (umat) ke Surga dan keKebebasan.
Di alam surga dan di alam brahma, di puncak-puncak gunung,
Diangkasa raya, di pulau-pulau, di desa-desa dan kota,
di hutan belukar, disekeliling rumah dan ladang.
Semoga dewa Bumi mendekat (datang) melalui air,
daratan atau pun angkasa, bersama-sama dengan yakkha, gandhabba dan naga.
Dan semoga di mana pun mereka berada, mereka dapat
mendengarkan sabda Sang Bijaksana, seperti berikut.
Lihat Sosbud Selengkapnya
Sekarang tiba saatnya melihat Sang Buddha.
Sekarang tiba saatnya mendengar Sang Dhamma.
Sekarang tiba saatnya menghormat Sang Sagha."
Meski demikian di dalam Buddhisme terdapat beberapa dewa dan Bodhisatwa yang sangat dihormati dan dipuja oleh kalangan umat Buddha seperti contohnya dewa Bumi dan Bodhisatva Avalokitesvara ( Kwan Im) dan lain sebagainya.
Pemujaan dewa dan Bodhisatwa dalam buddhisme lebih bersifat penghormatan kepada kualitas yang diwakili oleh mereka seperti walas asih, kebijkasanan yang dapat diadopsi oleh umat Buddha sebagai inspirasi dalam mengembangkan kebajikan dan mencapai pembebasan sejati.selain itu pemujaan dewa dianggap sebagai sarana untuk memperoleh keberuntungan dan perlindungan dalam kehidupan sehari-hari. hal ini bukan tanpa alasan Buddha menyampaikan pesan kepada para dewa untuk melindungi manusia dalam Ratana Sutta sebagai berikut "Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik. Pancarkanlah kasih sayang kepada umat manusia yang siang malam memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka dengan setulus hati".
Namun praktik pemujaan dewa dan bodhisatva tidak dianggap sebagai ajaran utama tetapi lebih sebagai tradisi dan kepercayaan yang terkait dengan budaya dan lingkungan sosial di mana agama Buddha berkembang hal ini menunjukkan bahwa Buddhisme bukan sekedar agama tetapi meliputi kultur budaya yang beragam namun tetap mempertahankan prinsip-prinsip kebijaksanaan,kasih sayang dan kebebasan dalam setiap praktik keagamaannya
Oleh karenanya pemujaan dewa tidak diwajibkan tetapi diperbolehkan sebagai bagian dari praktik keagamaan dalam Buddhisme namun sangat penting diingat bahwa pemujaan dewa bukanlah suatu cara untuk mencapai pembebasan tertinggi Nirwana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya
Bhikkhu Atthadhiro memberikan penjelasan mengenai usia dewa bumi dan dewa langit.